Selasa, 28 Oktober 2008


Sistem Ekonomi Islam VS Sistem Ekonomi Kapitalis

Ternyata sistem ekonomi kapitalis tak sekuat yang kita bayangkan. Doktrin sejarah yang dicetuskan oleh Francis Fukuyama, yang menyatakan bahwa kapitalisme adalah akhir dari sejarah dunia ternyata tidak benar. Beberapa fakta yang terjadi justru membuktikan sistem ekonomi ini begitu rapuh dan kosong. Misalnya pada minggu terakkhir Oktober tahun 1997, harga saham di bursa efek jatuh secara drastis. Fenomena ini bermula dari Hongkong kemudian merembet ke Jepang dan Eropa sampai akhirnya menerpa Amerika. Peristiwa ini merupakan ulangan dari peristiwa yang terjadi pada tahun 1987, tatkala harga saham New York turun 22% dalam sehari. Dan menariknya peristiwa ini pun adalah ulangan dari peristiwa pada tahun 1929 ketika jatuhnya nilai saham Amerika yang menimbulkan depresi ekonomi yang sangat berat, yang dalam beberapa buku sejarah disebut sebagai The Great Depression.

Rentetan sejarah kelam kapitalisme yang seolah membentuk siklus ini kembali terulang pada tahun 2008. terpaan krisis moneter yang begitu hebat mampu mebuat negara adidaya sekaliber Amerika akhirnya tersungkur tak berdaya. Krisis ini menimbulkan efek domino yang terasa sampai ditanah air. Bursa Efek Indonesia (BEI) terpaksa ditutup dengan catatan jumlah transaksi yang irasional (dibawah satu triliun).

Sebenarnya sistem ekonomi kapitalis yang saat ini diadopsi oleh sebagian besar negara di dunia, yang memiliki sifat khas yang disebut self destruction. Karena sistem ekonomi ini menginisiasikan berbagai metode yang justru menghancurkan dirinya sendiri. Berbagai metode yang digagas oleh para pengusung sistem ini, semakin memperlihatkan begitu rapuhnya konstruksi sistem kapitalis.

Pertama, ekonomi berbasis moneter. Sistem ekonomi kapitalis dibangun dengan monetery based economy (ekonomi berbasis sektor moneter). Implikasinya sistem ekonomi kapitalis banyak bermain pada sektor-sektor non real yang dicirikan dengan adanya bursa saham dan pasar modal yang didalamnya diwarnai dengan aktivitas jual beli saham, obligasi dan berbagai komoditi tanpa adanya syarat serah terima komoditi yang diperjualbelikan. Bahkan komoditi tersebut dapat diperjualbelikan berkali-kali tanpa harus mengalihkannya dari pemilik asli. Model transaksi semacam ini adalah batil dalam pandangan Islam dan mampu menimbulkan banyaknya spekulasi yang berujung pada goncangan pasar.

Sistem ekonomi kapitalis sangat berbeda dengan sistem ekonomi Islam. Dalam sistem ekonomi Islam yang berbasis syariah tidak mengakui adanya sektor non real yang berbasis bunga. Karena pola transaksi yang dipraktekkan pada pasar modal adalah batil dalam pandangan Islam dan terlebih lagi Islam mengharamkan riba. Sementara riba merupakan tulang punggung ekonomi kapitalis.

Jadi ekonomi Islam adalah ekonomi yang dibangun dengan real based economy (ekonomi berbasis sektor real). Ekonomi Islam menitikberatkan pada pengelolaan sektor real, karena hanya melalui sektor inilah keuntungan ekonomi yang nyata dapat diperoleh dan aktivitas ekonomi pun dilakukan melalui jerih payah yang nyata yaitu melalui proses produksi barang dan jasa.

Kedua : ekonomi berbasis uang kertas. Semenjak disahkannya perjanjian Bretton Woods, konsep mata uang berbasis emas kemudian disingkirkan dan diganti dengan fiat money atau sistem uang berbasis kertas. Pada saat itu emas dengan berat 28,35 gram dihargai sama dengan 35 dolar AS. Susbstitusi ini menyebabkan dolar Amerika mendominasi perekonomian global. Akibatnya keguncangn ekonomi sekecil apapun yang terjadi di Amerika akan berimabas ke negara-negara lain.

Sistem uang kertas inilah salah satu faktor yang menyebabkan rapuhnya sistem ekonomi kapitalis. Uang kertas memiliki kelemahan yang sangat mendasar yaitu selalu terkena inflasi permanen. Nilai uang 100 juta saat ini tidak sama dengan nilai 100 juta sepuluh tahun mendatang. Oleh karena itu dalam sistem kapitalis dikenal adanya istilah present value (nilai sekarang) dan future value (nilai akan datang). Selain itu sistem uang kertas jauh dari konsep keadilan, karena nilai intrinsiknya tidak sama dengan nilai nominalnya. Bisa saja anda mengantongi uang dengan nominal Rp 10.000 namun ternyata biaya cetaknya hanya Rp 400. Jadi pada hakekatnya anda tidak mengantongi uang Rp 10.000 namun hanya mengantongi Rp 400.

Hal ini sangat berbeda denga konsep mata uang Islam yang berbasis pada emas dan perak (dinar dan dirham). Dalam sejarah mata uang Islam sangat kecil sekali inflasinya. Misalnya pada masa Rasulullah saw., dengan uang 1 dinar (4,25 gram emas) orang dapat membeli seekor kambing dan dengan 1 dirham (2,975 gram perak) orang dapat membeli seekor ayam. Ternyata pada kondisi saat ini, tahun 2008, dengan uang 1 dirham orang masih dapat membeli 1 ekor kambing dan dengan 1 dirham orang mampu membeli ayam. Inilah bukti sistem ekonomi Islam adalah sistem ekonomi yang luar biasa.

Sistem uang berbasis emas dan perak memiliki nilai intrinsik dan nominal yang sama. Karena nilai nominal dirham dan dinar ditentukan oleh berat logamnya yang sekaligus menjadi nilai intrnsiknya.

Inilah bukti keunggulan yang dimiliki dinar dan dirham tidak dimiliki oleh dolar AS. Jika dinar dan dirham mampu memperkokoh ekonomi kiarena tahan inflasi, dolar justru merapuhkan ekonomi karrena sangat sensitif dengan inflasi.

Ketiga : konsep investasi asing sebenarnya adalah kamuflase dari usaha eksploitasi yang dilakukan oleh negara kapitalis terhadap negara dunia ketiga, yang sebagian besar dihuni oleh negara dengan mayoritas penduduk beragama Islam yang memiliki kekayaan alam yang sangat menggiurkan.

Investasi asing yang dilakukan di negeri-negeri Islam terbukti lebih menguntungkan negara investor. Sebut saja investor asing PT Freeport yang mengeksploitasi emas di Papua dengan keuntungan sekitar Rp 40 triliun pertahun. Namun Indonesia sebagai pemilik sah kekayaan alam Papua hanya mendapat 9,4 % dari keuntungan yang diperoleh. Hal ini tidak sebanding dengan kerusakan lingkungan yang disebabkan dan konflik sosial yang timbul akibat ketidakadilan.

Ada riset menarik yang dilakukan oleh ekonom Sritua Arief pernah menghitung untuk 1 dolar AS yang diinvestasikan di Indonesia ternyata yang balik keluar dari Indonesia adalah sepuluh kali lipatnya yaitu 10 dolar AS.

Konsep investasi asing dalam perspektif kapitalis jelas sangat berbeda dengan konsep investasi asing dalam ekonomi Islam. Islam tidak pernah menutup diri terhadap investasi asing selama investasi tersebut sesuai dengan syariat Islam. Misalnya Islam telah menetapkan bahwa sumber daya alam seperti emas, minyak, dan gas adalah milik umum, bukan milik negara apalagi milik individu. Artinya semua pengelolaan sumber daya alam harus dilakukan oleh negara dan keuntungannya dikembalikan kepada masyarakat umum sebagai pemilik sah kekayaan alam tersebut.

Kalaupun ada investor yang menawarkan diri untuk berinvestasi dan berperan aktif untuk ikut membantu mengelola sumber daya alam tersebut, mereka hanya diposisikan sebagai tenaga kontrak kerja atau kontrak sewa peralatan dan mereka dibayar sesuai dengan jasa mereka. Namun konsep yang dilakoni sekarang adalah menjadikan investor asing sebagai pengelola sekaligus pemilik sumber daya alam yang sejatinya adalah milik kita.

Inilah bukti bahwa sistem kapitalisme sementara menuju pada jurang kehancuran yang nyata. Sudah terlalu lama kita hidup dalam hegemoni sistem kapitalis yang hanya membawa kesengsaraan, saatnya untuk memberikan kesempatan pada sistem Islam untuk memimpin dan menyelamatkan dunia. Keagungan dan kesempurnaan sistem ekonomi Islam hanya segelintir bukti kehebatan syariat Islam. Dan jangan pernah berharap kemuliaan Islam akan terwujud selama Islam tidak diterapkan secara menyeluruh (kaffah).

Tuntutan penerapan syariat Islam tidak hanya sebatas pada eonomi semata, namun harus sampai menyetuh ranah politik, pendidikan bahkan sampai pada tataran kenegaraan.

Oleh : Adi Wijaya

Koordinator Badan Koordinasi Lembaga Dakwah Kampus (BKLDK)

Daerah Makassar

(Dimuat di Tribun Timur edisi Jumat, 31 Oktober 2008)

Tidak ada komentar: