Rabu, 29 Oktober 2008

MACE UTANG DULU NAH


Ini bukan kisah cinta siti nurbaya yang berakhir bahagia dengan pria pilihannya, Samsul Bahri. Kisah ini tak ada hubungannya dengan cerita imajinatif yang penuh dengan mantra-mantra sihir layaknya kisah Harry Potter. Ini juga bukan kisah pertautan tiga hati anak manusia yang berkubangan dalam bahtera cinta seperti yang dikisahkan dalam novel fenomenal ayat-ayat cinta. Namun kisah ini menceritakan pergulatan hidup wanita paruh baya penolong sejati MAHASISWA TEKNIK.
Sore itu matahari tak bersinar garang. Panasnya tak terlalu membakar kulit. Tampaknya sang mentari telah lelah bersinar seharian, sehingga redup sinarnya memberikan taburan warna orange di sekujur langit.
Aku duduk termangu dengan tatapan kosong. Menerawang jauh tak jelas arah. Sepasang bola mataku sontak terarah pada sosok wanita paruh baya yang tak muda lagi, bahkan jauh dari criteria modis, tampaknya mereka sibuk dengan aktivitas masing-masing, pikirku mereka akan marah jika ada yang coba menganggunya.
Perhatianku terarah pada sorang wanita tambun berambut sebahu, yang tak terlalu jelas sosoknya, karena terhalang oleh kepulan asap putih yang berasal dari termos air. Sejak tadi ia sibuk meracik mie instant pesanan beberapa pelanggannya.
Ya…wanita itu adalah wanita perkasa, yang rela berjibagu dengan kerasnya kehidupan hanya untuk memetik lembaran rupiah. Ia begitu jauh dari dari sosok wanita yang sering digambarkan dalam sinetron-sinetron Indonesia yang tak bermutu, yang sering menggambarkan wanita dengan kehidupan glamor, feminim, dan berbagai gaya hidup konsumtif. Sapaan ‘mace’ erat merekat pada mereka. Tak ada satupun kalung mutiara yang melingkar dilehernya, lengannya pun polos tanpa ada gemericing gelang emas. Benar-benar sederhana apa adanya.
Wanita perkasa itu terpaksa harus meninggalkan keluarganya karena tuntutan hidup yang semakin berat. Waktu yang seharusnya mereka gunakan untuk bercumbu dengan anak-anaknya, terpaksa mereka korbankan agar asap dapur tetap mengepul. Mereka harus berlomba dengan mentari pagi untuk menggelar dagangannya dan pulang untuk beristirahat sekedarnya disaat malam telah kelam.
Suatu balada kehidupan yang memiriskan hati. Biang kerok dari semua ini adalah sistem kapitalis-sekuler yang dengan ikhlas diterapkan di negeri ini oleh para MUNAFIK BERDASI alias PEMERINTAH (sory…kalau bahasanya agak kasar, karena memang mereka pantas untuk mendapatkan hardikan kasar seperti itu). Bobroknya sistem kapitalis saat ini telah menciptakan munafik berdasi yang rela menari-nari diatas penderitaan rakyat, termasuk wanita perkasa penjual mie instant yang sering ku sapa ‘mace’.
Bayangkan saja, disaat kelaparan melilit perut rakyat mereka justru meminta kenaikan gaji. Disaat rakyatnya banyak yang mati kelaparan mereka justru mengirimkan istri-istri mereka untuk melakukan terapi sedot lemak di rumah sakit elit Singapura. Mereka rela menggadaikan kekayaan alam negerinya kepada pihak asing, sementara banyak anak-anak membuncit perutnya, bukan karena kekenyangan namun karena mengidap busung lapar. Lihat saja rumah dinas mereka begitu mewah dengan pilar-pilar pengokoh yang dihiasi berbagai ukiran mahal. Entah berapa ribu mie instant yang harus dijual oleh ‘mace’ hingga mampu membeli rumah seperti itu. Namun pada saat yang sama banyak sekolah-sekolah yang jauh lebih jelek daripada kandang ayam. Sungguh ironis…
Semua ini adalah konsekuensi logis diterapkannya sistem kapitalis-sekuler yang saat ini berhasil menguasai Indonesia sekaligus berhasil membawanya pada jurang kehancuran. Sistem kapitalis sekuler adalah sistem yang menjadikan materi dan manfaat sebagai tolak ukur utama walaupun harus mengorbankan orang lain, selain itu sistem ini mengharuskan adanya pemisahan antara urusan agama dan pemerintahan. Olehnya itu jika ingin penderitaan semua rakyat berakhir maka tak ada solusi lain kecuali mencari pengganti sistem kapitalis-sekuler yang ada sekarang dengan sistem alternative. Sistem ideal yang mampu mengganti sistem kapitalis-sekuler adalah sistem yang langsung bersumber dari Tuhan yang tak pernah salah. Karena sistem buatan manusia layaknya kapitalis sekuler dan sosialisme, telah nyata tak mampu mensejahterakan manusia, justru berhasil membuatnya semakin menderita.
Lamunanku buyar ketika melihat sosok pria gondrong berbaju serba hitam dengan gambar tengkorak di dadanya, terlihat ia meneguk air mineral dengan nikmatnya. Tak lama kemudian ia berdiri dan berkata,”MACE, UTANG DULU NAH!” Wanita paruh baya nan perkasa itu hanya tersenyum, pertanda mengabulkan permitaan pria gondrong.
Sungguh…hati yang mulia, ditengah kesempitan hidup mereka masih ikhlas membantu menutupi kebutuhan perut tanpa harus membayar. Bayangkan jika virus kapitalis-sekuler meradang pada hati mereka sehingga tak ada lagi istilah “makan gratis”. Mungkin beberapa diantara kita akan mengidap busung lapar akibat kekurangan gizi. Atau bahkan mati kelaparan ketika uang kiriman tak kunjung datang, sementara bilangan bulan sudah semakin tua.
Oleh karena itu mari bersama berjuang untuk wujudkan sistem alternative pengganti sistem kapitalis-sekuler yaitu sistem yang langsung bersumber dari Sang Maha Perkasa, Tuhan seru sekalian alam. Minimal perjuangan mu ini adalah bukti balas jasa kepada ‘mace’ yang rela memberikan utang mie instant kepadamu. Karena jika sistem suci hasil cipta Tuhan seru sekalian alam ini diterapkan, maka seluruh manusia bahkan hewan melata akan tersenyum bahagia. Dan tunggulah sebentar lagi kebahgiaan akan datang.

Tidak ada komentar: