Rabu, 29 Oktober 2008

SYAL ORANGE


Syal ORANGE-ku…

Jeritan Hati Seorang Warga

Pernah ada satu kisah yang pasti tak pernah terlupa bagi mereka yang mengaku sebagai “warga geologi”. Sebuah peristiwa yang sangat mengharubiru. Sedih-senang, senyum-tangis, seolah berbaur menjadi satu, sehingga sulit membedakan apakah air mata yang mengalir saat itu adalah air mata penderitaan ataukah air mata kebahagiaan.

Ya…masa itu adalah suatu masa disaat seuntai kain yang sacral berwarna orange terkalungkan indah dilehermu. Pada saat itu juga engkau menjadi warga geologi yang sesungguhnya.

Namun mengapa moment yang begitu sacral masih saja mampu meninggalkan setitik air mata kesedihan? Mengapa tak semua air mata yang berderai deras pada saat itu adalah air mata kebahagiaan? Mengapa moment indah itu masih saja meninggalkan rasa sakit hati sang junior kepada seniornya? Bukankah kita telah disatukan oleh semangat orange yang diperkokoh dengan semangat merah hitam? Apakah ini bukti bahwa semangat orange saat ini hanya sebuah formaltas yang telah kehilangan esensi dasarnya??? Tidak….semoga itu tidak terjadi.!!!

Berbagai pertanyaan meletup-letup dari dalam sanubari sebagian warga yang masih ingin melihat geologi lebih baik. Dan salah satunya adalah Aku. Aku sebagai seorang warga geologi yang ingin menyelamatkan geologi, menuju geologi lebih baik, sering berpikir dan berujung pada sebuah keprihatinan ketika melihat kondisi internal geologi terkhusus pada bidang pengkaderan. Selama menjejakkan kaki di tanah geologi nan orange, tampaknya belum ada sebuah kreativitas pola pengkaderan baru yang betul-betul mampu merubah pola pikir para kader geologi. Prosesi pengkaderan masih menganut gaya lama.

Niat luhur dari para aktivis himpunan untuk membentuk kader geologi yang humanis dan militan adalah sebuah tujuan cemerlang yang harus direalisasikan. Namun sungguh disayangkan selama perjalanan prosesi pengkaderan tak jarang timbul budaya-budaya yang tak wajar dilakukan oleh seorang yang mengaku sebagai intelektual muda bergelar mahasiswa.

Pola-pola kekerasan masih mewarnai prosesi pengkaderan yang begitu sacral. Kita belum berani untuk melaukan terobosan baru, untuk menghilangkan segala bentuk kekerasan (apapun alasannya) dari gaya pengkaderan kita. Doktrin-doktrin tempo dulu yang kini telah menjadi kultur, tampaknya sulit untuk dihilangkan. Susah memang, tapi bukan mustahil mewujudkan pola pengkaderan yang lebih baik.

Idealnya sebuah pengkaderan mahasiswa, yang ingin kita ubah adalah pola pikir obyek yang dikader. Perubahan pola pikir hanya bisa terjadi dengan membenturkan pemikiran baru yang secara diametral berbeda dengan pemikiran obyek yang ingin dikader. Jadi jelas untuk merobohkan sebuah pemikiran harus dilawan dengan pemikiran, bukan dengan fisik.

Jadi tak ada salahnya, mulai dari sekarang kita harus kreatif dalam berpikir dan berani dalam bertindak. Karena yakin saja dibalik keberanian kita untuk mengambil langkah baru yang berbeda dengan langkah “orang lain” yang masih menganut sistem lama, akan menyebabkan kita termarjinalkan, dan akan banyak selentingan-selentingan serta mosi tidak percaya terhadap pola pengkaderan kita yang murni tanpa kekerasan.

Pertanyaannya sekarang…beranikah kita mengambil langkah fantastic tersebut dan menghadapi segala resiko yang ada???

Jawabannya ada pada anda…almamater ORANGE

JANGAN RAMPOK KEKAYAAN NEGERI INI


Jangan Rampok Kekayaan Tambang Negeri ini

(Teguran untuk calon geologist dan mining enginer)

Indonesia adalah negeri zamrud khatulistiwa yang begitu kaya dengan kekayaan alam. Namun apakah kekayaan yang dimiliki negeri berpenduduk sekitar 200 juta ini sudah sepenuhnya dinikmati sendiri oleh rakyatnya. Ternyata belum. Entah mengapa negeri yang begitu kaya ini dengan pasrah tanpa daya memberikan sumber kekayaan alamnya kepada bangsa asing

Aneh tapi nyata negeri yang dikarunia kekayaan alam yang melimpah ruah, namun disisi lain banyak rakyatnya yang mati kelaparan.

Sebut saja daerah Kalimantan Timur. Daerah ini bahkan bisa disebut provinsi terkayadi Indonesia. Produksi batubaranya sekitar 52 juta meter kubik pertahun. Produksi emasnya pernah mencapai 16,8 ton setahun serta perak lebih dari 14 ton pertahun. Selain itu gas alam yang dihasilkan tahun lalu mencapai 1.650 miliar meter kubik dan produksi minyak bumi 79,7 juta barel. Cadangan sumber daya alam di daerah ini masih sangat melimpah. Minyak bumi misalnya masih ada 1,3 miliar barel, gas alam masih tersedia 51,3 triliun meter kubik.

Logikanya, daerah yang memiliki kekayaan melimpah seperti ini seharusnya rakyatnya makmur sentosa. Namun ternyata rakyatnya jauh dari sejahtera. Dari sekitar 2,5 juta penduduk kaltim, 313.040 orang atau sekitar 12,4% tergolong penduduk miskin. Kemiskinan itu merata hamper diseluruh kota dan kabupaten. Bukan Cuma itu, fasilitas kesehatan dan pendidikan juga sangat terbatas. Untuk fasilitas kesehatan dan pendidikan juga masih sangat terbatas. Untuk fasilitas kesehatan 2,5 juta warga kaltim umpamanya hanya tersedia 159 pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) dan 24 rumah sakit dengan kapasitas hanya 2.308 tempat tidur. Jumlah dokter hanya 27 orang per 100.000 penduduk. Jumlah yang sangat sedikit.

Hal ini disebabkan kelakuan pemerintah yang rela membagi hasil dengan perusahan asing dengan pembagian hasil yang sangat tidak adil. Dibeberapa perusahan tambang, keuntungan perusahan asing jauh lebih besar daripada keuntungan yang diperoleh Indonesia sendiri. Maka wajar jika masyarakat masih terpuruk dalam kawah kemiskinan, walupun daerah tempat tinggalny adalah daerah yang kaya raya. Misalnya Freeport, perusahan asing yang mengeruk emas papua, mendapatkan keuntungan 81,28% dan indocopper investama sebesar 9,4%. Sungguh sangat tidak adil jika dibandingkan dengan keuntungan yang diperoleh oleh Indonesia sang pemilik resmi tanah Papua. Jatah yang diperoleh Indonesia hanyalah 9,4% saja.

Namun sebagian dari kita, khususnya calon geologist dan enginer mining, jarang yang sadar dengan fenomena ini. Mereka sudah terlarut dengan kesenangan mempelajari berbagai penemuan teknologi mutakhir, sehingga seolah-olah lupa bahwa negerinya sedang dirampok.

Kebanyakan para geologist dan enginer mining merasa sudah cukup senang ketika bekerja diperusahan tambang dengan gaji puluhan tahun, tanpa pernah memikirkan nasib orang-orang yang tinggal disekitar perusahan tambang, yang tiap harinya harus bergelut dengan kesengsaraan hidup dan ancaman kontaminasi racun-racun berbahaya yang terakumulasi bersama tailing (limbah tambang). Jangankan untuk memikirkan gaji puluhan juta perbulan, untuk makan 3 kali sehari saja masih terasa sulit untuk mereka.

Para calon Geologist dan enginer mining saat ini, hanya sibuk berkutat dengan lusuhnya lapiran praktikum dan melupakan nasib jutaan orang yang tak bisa membuat kenyang perutnya. Yang mereka pikirkan hanyalah bagaimana menyelesaikan studi, memperoleh pekerjaan yang layak diperusahaan pertambangan asing dengan gaji puluhan juta rupiah, dan hidup enak bersama anak-istri.

Inilah sosok geologist dan mining enginer yang sejatinya adalah budak-budak terdidik. Hanya dengan puluhan juta mereka rela melupakan nasib saudaranya yang lain…

Wahai para calon geologist dan mining enginer sadarlah kalian…bangkitlah untuk melakukan perubahan. Ingat suatu hari nanti engkau akan diadili oleh hakim yang maha adil, akan semua ketidakpedulianmu. Ingat hakim itu adalah Allah swt, hakim yang tak mungkin salah memutuskan suatu perkara…hakim yang akan menjatuhkan hukuman dan siksa kepada para geologist dan mining enginer, yang menjadikan materi/uang sebagai orientasi hidup…

Hati-hati dan bersiaplah, karena hari pembalasan itu pasti kan datang….

MACE UTANG DULU NAH


Ini bukan kisah cinta siti nurbaya yang berakhir bahagia dengan pria pilihannya, Samsul Bahri. Kisah ini tak ada hubungannya dengan cerita imajinatif yang penuh dengan mantra-mantra sihir layaknya kisah Harry Potter. Ini juga bukan kisah pertautan tiga hati anak manusia yang berkubangan dalam bahtera cinta seperti yang dikisahkan dalam novel fenomenal ayat-ayat cinta. Namun kisah ini menceritakan pergulatan hidup wanita paruh baya penolong sejati MAHASISWA TEKNIK.
Sore itu matahari tak bersinar garang. Panasnya tak terlalu membakar kulit. Tampaknya sang mentari telah lelah bersinar seharian, sehingga redup sinarnya memberikan taburan warna orange di sekujur langit.
Aku duduk termangu dengan tatapan kosong. Menerawang jauh tak jelas arah. Sepasang bola mataku sontak terarah pada sosok wanita paruh baya yang tak muda lagi, bahkan jauh dari criteria modis, tampaknya mereka sibuk dengan aktivitas masing-masing, pikirku mereka akan marah jika ada yang coba menganggunya.
Perhatianku terarah pada sorang wanita tambun berambut sebahu, yang tak terlalu jelas sosoknya, karena terhalang oleh kepulan asap putih yang berasal dari termos air. Sejak tadi ia sibuk meracik mie instant pesanan beberapa pelanggannya.
Ya…wanita itu adalah wanita perkasa, yang rela berjibagu dengan kerasnya kehidupan hanya untuk memetik lembaran rupiah. Ia begitu jauh dari dari sosok wanita yang sering digambarkan dalam sinetron-sinetron Indonesia yang tak bermutu, yang sering menggambarkan wanita dengan kehidupan glamor, feminim, dan berbagai gaya hidup konsumtif. Sapaan ‘mace’ erat merekat pada mereka. Tak ada satupun kalung mutiara yang melingkar dilehernya, lengannya pun polos tanpa ada gemericing gelang emas. Benar-benar sederhana apa adanya.
Wanita perkasa itu terpaksa harus meninggalkan keluarganya karena tuntutan hidup yang semakin berat. Waktu yang seharusnya mereka gunakan untuk bercumbu dengan anak-anaknya, terpaksa mereka korbankan agar asap dapur tetap mengepul. Mereka harus berlomba dengan mentari pagi untuk menggelar dagangannya dan pulang untuk beristirahat sekedarnya disaat malam telah kelam.
Suatu balada kehidupan yang memiriskan hati. Biang kerok dari semua ini adalah sistem kapitalis-sekuler yang dengan ikhlas diterapkan di negeri ini oleh para MUNAFIK BERDASI alias PEMERINTAH (sory…kalau bahasanya agak kasar, karena memang mereka pantas untuk mendapatkan hardikan kasar seperti itu). Bobroknya sistem kapitalis saat ini telah menciptakan munafik berdasi yang rela menari-nari diatas penderitaan rakyat, termasuk wanita perkasa penjual mie instant yang sering ku sapa ‘mace’.
Bayangkan saja, disaat kelaparan melilit perut rakyat mereka justru meminta kenaikan gaji. Disaat rakyatnya banyak yang mati kelaparan mereka justru mengirimkan istri-istri mereka untuk melakukan terapi sedot lemak di rumah sakit elit Singapura. Mereka rela menggadaikan kekayaan alam negerinya kepada pihak asing, sementara banyak anak-anak membuncit perutnya, bukan karena kekenyangan namun karena mengidap busung lapar. Lihat saja rumah dinas mereka begitu mewah dengan pilar-pilar pengokoh yang dihiasi berbagai ukiran mahal. Entah berapa ribu mie instant yang harus dijual oleh ‘mace’ hingga mampu membeli rumah seperti itu. Namun pada saat yang sama banyak sekolah-sekolah yang jauh lebih jelek daripada kandang ayam. Sungguh ironis…
Semua ini adalah konsekuensi logis diterapkannya sistem kapitalis-sekuler yang saat ini berhasil menguasai Indonesia sekaligus berhasil membawanya pada jurang kehancuran. Sistem kapitalis sekuler adalah sistem yang menjadikan materi dan manfaat sebagai tolak ukur utama walaupun harus mengorbankan orang lain, selain itu sistem ini mengharuskan adanya pemisahan antara urusan agama dan pemerintahan. Olehnya itu jika ingin penderitaan semua rakyat berakhir maka tak ada solusi lain kecuali mencari pengganti sistem kapitalis-sekuler yang ada sekarang dengan sistem alternative. Sistem ideal yang mampu mengganti sistem kapitalis-sekuler adalah sistem yang langsung bersumber dari Tuhan yang tak pernah salah. Karena sistem buatan manusia layaknya kapitalis sekuler dan sosialisme, telah nyata tak mampu mensejahterakan manusia, justru berhasil membuatnya semakin menderita.
Lamunanku buyar ketika melihat sosok pria gondrong berbaju serba hitam dengan gambar tengkorak di dadanya, terlihat ia meneguk air mineral dengan nikmatnya. Tak lama kemudian ia berdiri dan berkata,”MACE, UTANG DULU NAH!” Wanita paruh baya nan perkasa itu hanya tersenyum, pertanda mengabulkan permitaan pria gondrong.
Sungguh…hati yang mulia, ditengah kesempitan hidup mereka masih ikhlas membantu menutupi kebutuhan perut tanpa harus membayar. Bayangkan jika virus kapitalis-sekuler meradang pada hati mereka sehingga tak ada lagi istilah “makan gratis”. Mungkin beberapa diantara kita akan mengidap busung lapar akibat kekurangan gizi. Atau bahkan mati kelaparan ketika uang kiriman tak kunjung datang, sementara bilangan bulan sudah semakin tua.
Oleh karena itu mari bersama berjuang untuk wujudkan sistem alternative pengganti sistem kapitalis-sekuler yaitu sistem yang langsung bersumber dari Sang Maha Perkasa, Tuhan seru sekalian alam. Minimal perjuangan mu ini adalah bukti balas jasa kepada ‘mace’ yang rela memberikan utang mie instant kepadamu. Karena jika sistem suci hasil cipta Tuhan seru sekalian alam ini diterapkan, maka seluruh manusia bahkan hewan melata akan tersenyum bahagia. Dan tunggulah sebentar lagi kebahgiaan akan datang.

SINDIRAN UNTUK MAHASISWA


MAHASISWA…izinkan Aku Membencimu

(Sindiran untuk mereka yang mengaku “Aktivis”)

Mungkin jika saat ini kamu bertanya padaku, siapa yang paling aku benci…??? Pasti akan ku jawab : MAHASISWA. Bisa jadi banyak yang tersinggung, terutama komunitas penghuni perguruan tinggi bergelar MAHASISWA. Walaupun kamu tersinggung aku sarankan untuk menelusuri rangkaian kata ini sampai pada tanda titik (.) terakhir. Sehingga tak terjadi kesalahpahaman antara dikau dan aku.

Ya…aku paling membenci MAHASISWA. Banyak sekali kelakuan mereka yang membuatku jengkel. Sebut saja ulah heroik mereka di depan gedung DPR RI yang konon kabarnya untuk menolak kenaikan BBM. Walaupun sudah dihalau dengan water canon namun ternyata semangat mereka tak surut.bahkan sampai pagar gedung rakyat itu pun dirubuhkan. Meurut mereka semua itu dilakukan untuk membela kepentingan rakyat. Aku pun sempat bertanya apakah aksi mereka benar-benar ikhlas memperjuangkan kepentingan rakyat??? Atau????

Rasa penasaranku terjawab ketika media masa memberitakan bahwa aksi mereka ditungganggi oleh pihak tertentu. Disinilah awal kebencianku terhadap komunitas MAHASISWA. Ternyata pergerakan mereka tak lagi murni, mereka rela ditungganggi oleh kepentingan elit politik. Banyak diantara mereka yang rela menjual idealismenya demi seonggok uang. Sesuatu yang sangat memalukan.

Kemarahanku kepada komunitas bergelar MAHASISWA semakin membuncah ketika aku berjalan ditengah gang yang mirip gang rumah sakit, disalah satu kampus negeri di Makassar. Awalnya aku berharap menemukan suasana akademik yang dipenuhi oleh MAHASISWA yang tekun belajar dan ditemani buku-buku tebal ataupun suasana intelektual yang diwarnai dengan forum-forum diskusi, namun tampaknya semua harapanku harus ku kubur dalam-dalam, karena yang aku temui adalah suasana mirip TEMPAT PERJUDIAN. Karena disana kujumpai segerombolan MAHASISWA dan empat orang diantaranya memegang kartu kecil berbintik merah. Ya…MAHASISWA yang sedang asyik bermain kartu domino disaat jam kuliah masih berlangsung. Ironis memang, bukannya buku atau tumpukan laporan praktikum yang menemaninya, namun setumpuk kartu domino. Dimana kewibawaan MAHASISWA sebagai agent of change dan social control yang selama ini selalu menjadi gelar kebanggaan??? Bahkan dieluk-elukkan dan menjadi bahan doktrin kepada mahasiswa baru tiap tahunnya. Omong kosong besar jika berharap perubahan dapat berasal dari mereka. Yang ada dalam benak mereka adalah bagaimana memenangkan pertarungan domino dan mendapatkan segelas kopi susu gratis, sebagi imbalan kemenagan. Suatu harapan kerdil yang tak layak dimiliki oleh seorang MAHASISWA.

Apakah kekecewaanku kepada MAHASISWA hanya sampai disitu??? Ternyata tidak, kebencian itu bertambah ketika aku tahu banyak diantra mereka yang begitu jauh dari nilai-nilai religious. Coba saja untuk mereka yang menyandang gelar sebagai MAHASISWA muslim, ketika azan subuh berkumandang mereka masih nyeyak tertidur dibawah hangatnya tutupan selimut. Idealnya seorang MAHASISWA MUSLIM , ketika azan subuh terdengar, berbgegas untuk membasuh wajah merasakan kenikmatan aliran air wudhu, kemudian bersegera sujud tunduk dihadapan Ilahi. Aku pun yakin untuk MAHASISWA non Muslim, mereka pun sangat jarang menginjak gereja.

MAHASISWA…aku kecewa dengan kelakuanmu seperti itu. Wajar saja jika pergerakan dan organisasi kalian selalu mendapat kegagalan dan kegagalan. Bahkan gerak kalian, bukannya menyelesaikan masalah, justru malah menimbulkan masalah baru, dikarenakan begitu jauhnya dirimu dengan sang Pencipta satu-satunya pembuat keputusan…segeralah bertobat sebelum laknat Tuhan datang kepadamu dan agar kepercayaanku padamu kembali lagi…

************

Namun akhirnya aku sadar, ternyata tak semua MAHASISWA memiliki “wajah buruk” seperti yang kulukiskan diatas. Masih ada diantara mereka yang mampu berjuang dengan ikhlas. Dan di sisi lain mereka mampu meninggalkan pekerjaan sia-sia dan mengerjakan aktivitas yang lebih produktif. Dan yang lebih penting lagi, masih ada diantara mereka yang sadar akan kelemahannya sebagai seorang manusia, hamba Tuhan yang dituntut taat kepada aturan-aturan-Nya, sehingga mendekat kepada sang pemberi kekuatan yang Maha Kuat (Allah swt) adalah suatu perkara yang harus segera direalisasikan.

Kepada KOMUNITAS MAHASISWA seperti inilah aku gantungkan harapan perubahan menuju kehidupan yang lebih baik dan membawa GEOLOGI pada puncak kejayaannya…karena hanya mereka yang mampu melakukannya!!!!!!!

Selasa, 28 Oktober 2008

KAJIAN PENYAMBUTAN MAHASISWA GEOLOGI UNHAS


Telaah Kritis Prosesi Penyambutan Mahasiswa Baru

Himpunan Mahasiswa Geologi Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin

Roda perputaran kehidupan kampus terus bergulir. Berbagai peristiwa silih berganti secara terus menerus dan pasti. Salah satunya adalah penerimaan mahasiswa baru 2008. Fenomena tahunan ini jelas harus disikapi oleh berbagai pihak, baik birokrat maupun pengurus organisasi kemahasiswaan. Khusus untuk organisasi kemahasiswaan mahasiswa baru 2008 mau tidak mau harus disiapkan sebagai calon penerus estafet lembaga ke depan. Karena dua atau tiga tahun ke depan merekalah yang akan menduduki pucuk pimpinan yang ada pada lembaga kemahasiswaan, tak terkecuali Himpunan Mahasiswa Geologi.

Namun formalisasi menjadi anggota HMG FT UH jelas harus menempuh alur pengkaderan tertentu, sebagai cerminan profesionalisme kelembagaan. Oleh warga geologi prosesi pengkaderan awal lebih dikenal dengan istilah penyambutan.

Seiring dengan bergantinya rezim birokrat kampus, pendalaman fakta kekinian, dan resakralisasi visi dan misi HMG FT UH, maka format penyambutan setahun yang lalu belum tentu cocok untuk diterapkan pada masa sekarang. Olehnya itu konsep penyambutan harus terus diperbarui seiring perubahan kebutuhan. Untuk itulah perlu adanya pengkajian mengenai format penyambutan yang ideal (dalam hal ini difasilitasi oleh biro kajian strategis HMG FT UH).

Ada beberapa hal yang perlu dikaji dan dijadikan titik acuan untuk merancang format penyambutan mahasiswa baru. Point tersebut antara lain :

1. Kepedulian Warga HMG FT UH Kepada Penyambutan

Sebelum menentukan tingkat kepedulian warga terhadap prosesi penyambutan, langkah awal yang harus dilakukan adalah menentukan parameter seorang warga dikatakan peduli terhadap penyambutan. Dari biro kastra sendiri telah menentukan standar peduli adalah apabila warga tersebut aktif dalam setiap proses yang dilakukan dalam penyelenggaraan penyambutan. Mulai dari persiapan sampai hari H. Jadi kuantitas warga yang terlibat aktif dalam penyambutan pada hari H, sangatlah tidak representative jika hanya hal tersebut yang dijadikan parameter. Karena bisa jadi kehadiran warga pada hari H, hanya karena memiliki antusiasme yang besar terhadap prosesi penyambutan. Sementara esensi dari antusiasme dan kepedulian sangatlah berbeda.

Lalu bagaimana dengan proses penyambutan yang telah lalu? Ternyata jika kita melihat kondisi global masih sangat jauh dari harapan. Contoh konkrit adalah rapat sc dan oc yang selalu minim peserta. Atau berbagai aktifitas persiapan penyambutan yang masih mengadopsi politik dagang sate.

Merujuk pada parameter dan fakta diatas, maka hasil kajian kami sampai pada sebuah kesimpulan bahwa warga geologi sebagian besar masih belum peduli terhadap prosesi penyambutan.

Penyebab dari semua ini adalah pendekatan yang terlalu lunak (sangat persuasive). Jadi pendekatan dengan menggunakan sedikit pemaksaan tampaknya masih harus dilakukan. Namun perlu diingat metode ini hanya cocok diterapkan kepada kader-kader baru (angkatan 2007). Untuk angkatan selain itu cara ini tidak kami anjurkan karena berpotensi melahirkan sikap anti pati terhadap himpunan itu sendiri.

Solusi praktis yang harus dilakukan nantinya adalah mencari model-model pendekatan yang lebih efektif (khususnya untuk angkatan 2006 ke atas). Misalnya dengan tidak hanya menggunakan pendekatan kelembagaan namun dapat menggunakan pendekatan personal dan emosional.

Solusi strategis adalah membangun sejak dini (semenjak pengkaderan awal) kesedaran pemikiran dan rasa memiliki terhadap himpunannya. Karena selama ini pola pengkaderan yang bertujuan menggalang massa masih dilakukan dengan tekanan dan pemaksaan. Pola ini akhirnya terbawa-bawa sampai pada kehidupan diluar prosesi penyambutan.

2. Format Pengkaderan Ideal, Seperti Apa?

Untuk sampai pada sebuah format pengkaderan yang ideal, jelas harus melalui pengkajian yang lebih mendalam dan sistematis dengan pengadaan data-data yang mencukupi. Namun dari hasil analisis biro kajian strategis telah menghasilkan gambaran umum format ideal yang dapat dirancang untuk penyambutan mahasiswa baru 2008.

Dari beberapa sumber diperoleh bahwa dalam penyususnan konsep penyambutan mahasiswa baru, pihak kenseptor terkendala pada pilihan untuk mengorientasikan pengkaderan pada pendidikan/akademik ataukah kelembagaan.

Idealnya format pengkaderan harus mampu menyeimbangkan antara aspek akademik dan kelembagaan. Jika hal ini dirasa sangat sulit dan harus memilih salah satu opsi, maka kami dari biro kajian strategis merekomendasikan untuk memilih kelembagaan sebagai orientasi pengkaderan mahasiswa baru 2008.

Alasannya karena aspek akademik –yang sering diistilahkan sebagai hard skill- dapat mereka peroleh di bangku kuliah. Dan sebagian waktu mereka habiskan untuk bergelut dalam bidang pendidikan. Sementara kemampuan yang berkaitan dengan konsep manajerial, pengelolaan potensi diri, kemampuan retorika –yang sering diistilahkan soft skill- tidak mereka dapatkan di bangku perkuliahan. Disinilah himpunan berbperan untuk mengisi kekosongan tersebut tanpa mengabaikan sama sekali dunia akademik. Karena bagaimana pun HMG adalah organisasi yang kental dengan disiplin ilmu tertentu.

Selain itu penyebab pengkaderan mengalami bias orientasi yang berimplikasi pada tidak jelasnya konsep pengkaderan disebabkan oleh tidak adanya gambaran baku dan jelas mengenai sosok ideal kader yang ingin kita capai. Oleh karena itu pihak konseptor harus mempunyai gambaran sosok kader yang ideal dan parameter yang jelas sehingga sehingga seorang mahasiswa baru mumpuni untuk dikatakan sebagai kader geologi yang ideal. Hal ini penting untuk mengevaluasi sejauh mana keberhasilan pengkaderan ditinjau dari kualitas kader yang dihasilkan.

Kami dari biro kastra merekomendasikan parameter kader ideal adalah ketika seorang kader unggul dalam akademik, ditunjukkan dengan pencapaian prestasi akademik yang “memuaskan” dan mampu menujukkan idealisme sebagai seorang mahasiswa. Yang salah satunya ditunjukkan dengan memiliki kepekaan, nalar kritis, dan mampu memberikan solusi terhadap berbagai macam problematika masyarakat. Sehingga tercipata kader geologi yang tidak hanya mampu berbicara pada ranah disiplin ilmunya semata, namun memiliki wawasan luas sehingga mampu menyikapi kondisi social yang terjadi.

3. Pola Pengkaderan Yang Kurang Menyentuh Perasaan

Disadari atau tidak pola pengkaderan yang ada sekarang sangat kurang dari nilai-nilai yang dapat menyentuh perasaan yang akhirnya dapat mengobarkan semangat kader untuk bergerak dan berkarya. Adalah sebuah konsekuensi logis ketika seseorang telah merasa nyaman pada kondisi tertentu maka nalurinya untuk mau menggagas suatu perubahan akan mati. Oleh karena itu kader baru harus dibuat untuk tidak merasa nyaman dengan sistem kehidupan yang ada. Harapannya ketika mereka telah merasakan bahwa kondisi sekarang adalah kondisi yang tidak ideal, maka suatu hal yang pasti mereka akan bergerak dan berkaya dengan menjadikan himpunan sebagai wadahnya.

Contoh : menggambarkan kondisi konkrit bangsa saat ini, yang walupun kaya raya tetapi banyak rakyatnya yang mati kelaparan. Atau dengan menyentuh perasaan mereka dengan mengambarkan kemegahan kampus tempat mereka berpijak saat ini adalah berasal dari hasil keringat masyarakat kecil yang dipaksa untuk membayar pajak negara dan ironisnya pajak tersebut dikorupsi oleh para agen-agen kapitalis yang duduk sebagai pejabat teras negara. Atau jika ingin fakta yang menyentuh bidang keilmuan geologi, bisa dengan memaparkan konspirasi perampokan kekayaan alam Indonesia (misalnya kasus Freeport).

4. Kelebihan dan Kekurangan Pengkaderan Selama Ini

4.1. Pengkaderan 2005

Kekurangan :

· Kader jenuh dengan pola yang monoton. Misalnya format kader inap yang sangat menjenuhkan.

· Waktu pengkaderan terlalu lama.

· Follow up tidak jelas

Kelebihan :

· Banyak ilmu yang didapat.

4.2. Pengkaderan 2006

Kekurangan :

· Sistematika materi tidak jelas dan tidak proporsonal. Misalnya idealnya materi diawali dengan pengenalan jati diri seorang mahasiswa.

· Masih ada pendekatan yang berbau intimidasi (pemaksaan).

Kelebihan :

· Tindakan fisik kurang.

4.3 Pengkaderan 2007

Kekurangan :

· Meteri seputar kegeologian masih kurang kuantitasnya.

Kelebihan :

· Pola pendidikan yang diterapkan sudah bagus.

· Metode menanamkan kekompakan pun sudah bagus.

Dari beberapa pemaparan diatas maka biro kastra merokomendasikan sebuah format pengkaderan yang mampu menciptakan transformasi berpikir dari pemikiran yang masih keremajaan menuju pemikiran yang lebih dewasa sebagai seorang mahasiswa. Metode perubahan pemikiran adalah dengan membenturkan pemikiran kader dengan pemikiran baru yang lebih argumentative.

Jadi pola pengkaderan yang cenderung masih menggunakan kontak fisik sebagai sarana untuk memasukkan doktrin tampaknya harus mulai ditinggalkan. Karena terbukti banyak pergerakan mahasiswa yang sama sekali tidak menggunakan kontak fisik dalam pengkaderannya namun luaran kader yang dihasilkan adalah kader-kader yang mau bergerak dan militansinya tak perlu diragukan. Inilah bukti bahwa kekerasan fisik bukanlah factor penentu untuk terbentuknya kader-kader yang tercerahkan pemikirannya.

Selain itu doktrin-doktrin tidak mendidik seperti menganggap remeh bahkan menghina fakultas/jurusan harus segera dibersihkan dari konsep pengkaderan. Karena sebenarnya doktrin-doktrin seperti itu sangat kontra produktif dengan usaha untuk menyatukan dan mengokohkan gerak organisasi.

5. Kurangnya Penanaman SQ (Spiritual Quotient)

Pengembangan intelektual dan emosional tanpa dibarengi dengan pengembangan spiritual tidak akan menciptakan sosok kader ideal. Nilai SQ ini masih sangat kurang mewarnai pengkaderan. Padahal SQ inilah yang akan menjadi, filter terhadap doktrin-doktrin yang tidak benar sekaligus motivator yang mampu mampu membangkitkan naluri gerak seseorang. Nilai SQ selalu termarjinalkan dalam setiap momen pengkaderan. Oleh karena itu rekomendasi kepada seluruh pihak yang akan berperan dalam penyususnan kosep pengkaderan yang mampu meningkatkan kualitas SQ diantara para kader.

Jangan pernah ada pendikotomian bahwa pembinaan SQ hanya dilakukan pada pesantren kilat atau kebaktian mingguan saja, namun mulai sekarang jika menginginkan himpunan dihuni oleh sosok pemimpin yang kredibel, maka pembinaan SQ merupakan esensi wajib yang harus ada dalam setiap prosesi pengkadera.

Demikianlah hasil analisis dari Biro Kastra HMG FT UH terkait usulan penyusunan konsep prosesi penerimaan mahasiswa baru. Semoga hasil kajian ini dapatmemberikan konstribusi positif dan mempercepat gerak HMG FT UH untuk sampai pada puncak kejayaannya. Segala kebenaran yang terdapat dalam kajian ini adalah mutlak berasal dari Allah swt Tuhan yang Maha Tahu, dan jika terdapat kekeliruan didalamnya murni bersumber dari kekhilafan kami sebagai manusia biasa.

Makassar, 4 September 2008

Biro Kajian Strategis HMG FT UH


Sistem Ekonomi Islam VS Sistem Ekonomi Kapitalis

Ternyata sistem ekonomi kapitalis tak sekuat yang kita bayangkan. Doktrin sejarah yang dicetuskan oleh Francis Fukuyama, yang menyatakan bahwa kapitalisme adalah akhir dari sejarah dunia ternyata tidak benar. Beberapa fakta yang terjadi justru membuktikan sistem ekonomi ini begitu rapuh dan kosong. Misalnya pada minggu terakkhir Oktober tahun 1997, harga saham di bursa efek jatuh secara drastis. Fenomena ini bermula dari Hongkong kemudian merembet ke Jepang dan Eropa sampai akhirnya menerpa Amerika. Peristiwa ini merupakan ulangan dari peristiwa yang terjadi pada tahun 1987, tatkala harga saham New York turun 22% dalam sehari. Dan menariknya peristiwa ini pun adalah ulangan dari peristiwa pada tahun 1929 ketika jatuhnya nilai saham Amerika yang menimbulkan depresi ekonomi yang sangat berat, yang dalam beberapa buku sejarah disebut sebagai The Great Depression.

Rentetan sejarah kelam kapitalisme yang seolah membentuk siklus ini kembali terulang pada tahun 2008. terpaan krisis moneter yang begitu hebat mampu mebuat negara adidaya sekaliber Amerika akhirnya tersungkur tak berdaya. Krisis ini menimbulkan efek domino yang terasa sampai ditanah air. Bursa Efek Indonesia (BEI) terpaksa ditutup dengan catatan jumlah transaksi yang irasional (dibawah satu triliun).

Sebenarnya sistem ekonomi kapitalis yang saat ini diadopsi oleh sebagian besar negara di dunia, yang memiliki sifat khas yang disebut self destruction. Karena sistem ekonomi ini menginisiasikan berbagai metode yang justru menghancurkan dirinya sendiri. Berbagai metode yang digagas oleh para pengusung sistem ini, semakin memperlihatkan begitu rapuhnya konstruksi sistem kapitalis.

Pertama, ekonomi berbasis moneter. Sistem ekonomi kapitalis dibangun dengan monetery based economy (ekonomi berbasis sektor moneter). Implikasinya sistem ekonomi kapitalis banyak bermain pada sektor-sektor non real yang dicirikan dengan adanya bursa saham dan pasar modal yang didalamnya diwarnai dengan aktivitas jual beli saham, obligasi dan berbagai komoditi tanpa adanya syarat serah terima komoditi yang diperjualbelikan. Bahkan komoditi tersebut dapat diperjualbelikan berkali-kali tanpa harus mengalihkannya dari pemilik asli. Model transaksi semacam ini adalah batil dalam pandangan Islam dan mampu menimbulkan banyaknya spekulasi yang berujung pada goncangan pasar.

Sistem ekonomi kapitalis sangat berbeda dengan sistem ekonomi Islam. Dalam sistem ekonomi Islam yang berbasis syariah tidak mengakui adanya sektor non real yang berbasis bunga. Karena pola transaksi yang dipraktekkan pada pasar modal adalah batil dalam pandangan Islam dan terlebih lagi Islam mengharamkan riba. Sementara riba merupakan tulang punggung ekonomi kapitalis.

Jadi ekonomi Islam adalah ekonomi yang dibangun dengan real based economy (ekonomi berbasis sektor real). Ekonomi Islam menitikberatkan pada pengelolaan sektor real, karena hanya melalui sektor inilah keuntungan ekonomi yang nyata dapat diperoleh dan aktivitas ekonomi pun dilakukan melalui jerih payah yang nyata yaitu melalui proses produksi barang dan jasa.

Kedua : ekonomi berbasis uang kertas. Semenjak disahkannya perjanjian Bretton Woods, konsep mata uang berbasis emas kemudian disingkirkan dan diganti dengan fiat money atau sistem uang berbasis kertas. Pada saat itu emas dengan berat 28,35 gram dihargai sama dengan 35 dolar AS. Susbstitusi ini menyebabkan dolar Amerika mendominasi perekonomian global. Akibatnya keguncangn ekonomi sekecil apapun yang terjadi di Amerika akan berimabas ke negara-negara lain.

Sistem uang kertas inilah salah satu faktor yang menyebabkan rapuhnya sistem ekonomi kapitalis. Uang kertas memiliki kelemahan yang sangat mendasar yaitu selalu terkena inflasi permanen. Nilai uang 100 juta saat ini tidak sama dengan nilai 100 juta sepuluh tahun mendatang. Oleh karena itu dalam sistem kapitalis dikenal adanya istilah present value (nilai sekarang) dan future value (nilai akan datang). Selain itu sistem uang kertas jauh dari konsep keadilan, karena nilai intrinsiknya tidak sama dengan nilai nominalnya. Bisa saja anda mengantongi uang dengan nominal Rp 10.000 namun ternyata biaya cetaknya hanya Rp 400. Jadi pada hakekatnya anda tidak mengantongi uang Rp 10.000 namun hanya mengantongi Rp 400.

Hal ini sangat berbeda denga konsep mata uang Islam yang berbasis pada emas dan perak (dinar dan dirham). Dalam sejarah mata uang Islam sangat kecil sekali inflasinya. Misalnya pada masa Rasulullah saw., dengan uang 1 dinar (4,25 gram emas) orang dapat membeli seekor kambing dan dengan 1 dirham (2,975 gram perak) orang dapat membeli seekor ayam. Ternyata pada kondisi saat ini, tahun 2008, dengan uang 1 dirham orang masih dapat membeli 1 ekor kambing dan dengan 1 dirham orang mampu membeli ayam. Inilah bukti sistem ekonomi Islam adalah sistem ekonomi yang luar biasa.

Sistem uang berbasis emas dan perak memiliki nilai intrinsik dan nominal yang sama. Karena nilai nominal dirham dan dinar ditentukan oleh berat logamnya yang sekaligus menjadi nilai intrnsiknya.

Inilah bukti keunggulan yang dimiliki dinar dan dirham tidak dimiliki oleh dolar AS. Jika dinar dan dirham mampu memperkokoh ekonomi kiarena tahan inflasi, dolar justru merapuhkan ekonomi karrena sangat sensitif dengan inflasi.

Ketiga : konsep investasi asing sebenarnya adalah kamuflase dari usaha eksploitasi yang dilakukan oleh negara kapitalis terhadap negara dunia ketiga, yang sebagian besar dihuni oleh negara dengan mayoritas penduduk beragama Islam yang memiliki kekayaan alam yang sangat menggiurkan.

Investasi asing yang dilakukan di negeri-negeri Islam terbukti lebih menguntungkan negara investor. Sebut saja investor asing PT Freeport yang mengeksploitasi emas di Papua dengan keuntungan sekitar Rp 40 triliun pertahun. Namun Indonesia sebagai pemilik sah kekayaan alam Papua hanya mendapat 9,4 % dari keuntungan yang diperoleh. Hal ini tidak sebanding dengan kerusakan lingkungan yang disebabkan dan konflik sosial yang timbul akibat ketidakadilan.

Ada riset menarik yang dilakukan oleh ekonom Sritua Arief pernah menghitung untuk 1 dolar AS yang diinvestasikan di Indonesia ternyata yang balik keluar dari Indonesia adalah sepuluh kali lipatnya yaitu 10 dolar AS.

Konsep investasi asing dalam perspektif kapitalis jelas sangat berbeda dengan konsep investasi asing dalam ekonomi Islam. Islam tidak pernah menutup diri terhadap investasi asing selama investasi tersebut sesuai dengan syariat Islam. Misalnya Islam telah menetapkan bahwa sumber daya alam seperti emas, minyak, dan gas adalah milik umum, bukan milik negara apalagi milik individu. Artinya semua pengelolaan sumber daya alam harus dilakukan oleh negara dan keuntungannya dikembalikan kepada masyarakat umum sebagai pemilik sah kekayaan alam tersebut.

Kalaupun ada investor yang menawarkan diri untuk berinvestasi dan berperan aktif untuk ikut membantu mengelola sumber daya alam tersebut, mereka hanya diposisikan sebagai tenaga kontrak kerja atau kontrak sewa peralatan dan mereka dibayar sesuai dengan jasa mereka. Namun konsep yang dilakoni sekarang adalah menjadikan investor asing sebagai pengelola sekaligus pemilik sumber daya alam yang sejatinya adalah milik kita.

Inilah bukti bahwa sistem kapitalisme sementara menuju pada jurang kehancuran yang nyata. Sudah terlalu lama kita hidup dalam hegemoni sistem kapitalis yang hanya membawa kesengsaraan, saatnya untuk memberikan kesempatan pada sistem Islam untuk memimpin dan menyelamatkan dunia. Keagungan dan kesempurnaan sistem ekonomi Islam hanya segelintir bukti kehebatan syariat Islam. Dan jangan pernah berharap kemuliaan Islam akan terwujud selama Islam tidak diterapkan secara menyeluruh (kaffah).

Tuntutan penerapan syariat Islam tidak hanya sebatas pada eonomi semata, namun harus sampai menyetuh ranah politik, pendidikan bahkan sampai pada tataran kenegaraan.

Oleh : Adi Wijaya

Koordinator Badan Koordinasi Lembaga Dakwah Kampus (BKLDK)

Daerah Makassar

(Dimuat di Tribun Timur edisi Jumat, 31 Oktober 2008)

PERNYATAAN SIKAP BKLDK KORDA MAKASSAR


PERNYATAAN SIKAP

NO : 04/PS-BKLDK-MKS/X/2008

“Bersihkan Pornografi dan Pornoaksi dengan Syariah dan Khilafah”

Deraan cobaan terus menerpa bangsa Indonesia khususnya kaum muslimin. Belum kering luka umat ketika akidahnya dihinakan oleh Ahmadiyah, penderitaan umat disempurnakan dengan kenaikan harga BBM, belum cukup dengan itu wabah pornografi dan pornoaksi yang sangat berbahaya dan mengancam akhlak bangsa, semakin menyebar luas seiring berjalannya waktu .

Kondisi ini diperparah dengan sepak terjang kaum kapitalis yang menjadikan pornografi sebagai industry baru. Salah satu tabloid porno misalnya hanya butuh biaya Rp. 3 juta untuk biaya operasional redaksi untuk empat penerbitan selama sebulan. Ternyata pendapatan yang diperoleh dari biaya iklan untuk tiga penerbitan bisa mencapai Rp 60 juta. Pada tahun 2003 keuntungan industry pornografi yang pasarnya mencapai seluruh dunia telah mencapai 57 miliar dolar AS.

Keuntungan yang diperoleh kaum kapitalis, berbanding lurus dengan kehancuran akhlak bangsa, khususnya kaum muda. Sebut saja Abdul Choir yang selama empat tahun memperkosa puterinya sampai melahirkan dua bayi. Ia melakukan perbuatan tersebut akibat tergoda rayuan iblis, sehabis menonton VCD porno (www.tv7.co.id). Coba tengok di Lombok Barat, seorang anak kelas dua SD coba diperkosa empat kawannya yang duduk dikelas empat, akibat menonton tayangan goyang ngebor dan VCD porno yang beredar bebas (www.balipost.co.id). Peristiwa tersebut hanyalah beberapa dari ribuan kasus serupa yang terjadi.

Berkenaan dengan hal diatas dan didorong oleh keikhlasan untuk menegakkan kembali Syariat Islam dan kemuliaan Kaum Muslimin, maka kami dari Badan Koordinasi Lembaga Dakwah Kampus (BKLDK) Daerah Makassar, menyatakan:

· Mendukung penuh upaya pemerintah untuk berusaha melindungi akhlak bangsa,selama usaha dan aturan yang dikeluarkan sejalan dengan syariat Islam. Kami (BKLDK) akan menjadi barisan terdapan pendukung konstitusi yang mampu mengeliminasi virus pornografi dan pornoaksi, selama konstitusi tersebut memiliki kejelasan basis ideology. Dan satu-satunya ideology yang layak dijadikan sumber aturan adalah ideology yang bersumber dari Allah swt, yaitu ideology Islam.

· Mengkritik RUU Pornografi. Point penting yang menjadi landasan kritik adalah ketidakjelasan landasan ideologis yang dijadikan asas penyusunan RUU Pornografi. RUU Pornografi ini berusaha mengkompromikan pluralitas pemahaman yang ada dimasyarakat. Misalnya pakaian seorang muslimah jelas berbeda dengan pakaian umat lain. Model busana yang cenderung transparan dan memperlihatkan lekuk tubuh bagi umat lain mungkin tidak masalah, namun tidak demikian untuk seorang muslimah. Bagi seorang muslimah jangankan memperlihatkan lekuk tubuh, memperlihatkan sehelai rambut dianggap sebagai hal yang tabu karena bertentangan dengan syariat Islam. Biasnya tolak ukur pendefinisian pornografi berimplikasi pada pengaturan berbagai pasal berikutnya yang menjadi tidak jelas. Ketidakjelasan inilah yang mengundang reaksi, khususnya dari komunitas non-Muslim yang khawatir RUU ini akan mengeliminir keyakinan mereka. Namun yakinlah ketika Islam yang dijadikan sebagai basis ideologis, maka Kami menjamin tak akan ada individu atau elemen masyarakat tertentu yang terdzalimin, karena Islam hadir dimuka bumi untuk menjadi rahmat bagi semesta alam.

· Andai saja pemerintah menjadikan Islam sebagai basis ideology dan menjadikannya ruh dalam penyusunan RUU Pornografi, maka definisi tentang pornografi akan mudah dibuat. Dan pasti tidak akan menyinggung agama lain, karena masalah-masalah yang berhubungan dengan keyakinan dikembalikan kepada agama masing-masing. Baik yang berkaitan dengan tata peribadatan maupun berpakaian.

· Menyeru kepada pemerintah, masyarakat, dan semua organ-organ islam untuk bersegera menerapkan syariat Islam dalam seluruh aspek kehidupan. Syariat Islam akan memberikan pengaturan tentang berbagai hal secara jelas, tegas dan konsisten untuk seluruh masyarakat. Tapi sekaligus tetap menghargai adanya keniscayaan perbedaan akibat pluralitas agama. Namun impian untuk kembali tegaknya syariat Islam tidak akan pernah terwujud jika tidak mendapat pengawalan dari institusi dan kekuasaan negara yang menerapkan Islam secara murni dan menyeluruh, institusi negara yang pernah dibangun oleh Rasulullah saw di Madinah, dan dijanjikan kehadirannya kembali oleh Beliau sendiri (Rasulullah saw.), yaitu Daulah Khilafah Rasyidah. Hanya dengan cara ini kerahmatan yang dijanjikan dari penerapan syariah dapat diwujudkan.

Ya, Allah saksikanlah Kami telah menyampaikan. Wallahu a’lam

Wassalam

Koordinator Badan Koordinasi Lembaga Dakwah Kampus

Daerah Makassar

Adi Wijaya

CP : 085255464904